Two steamed crabs on a grey background.

Sejarah penemuan kitin diawali pada tahun 1811 H. Bracomot, seorang berkembangsaan Perancis mengisolasi suatu senyawa yang tahan alkali dari sejenis jamur. Senyawa tersebut dinamai fungine. Senyawa temuan H. Braconnot ini ternyata adalah kitin yang bercampur dengan poligliken. Kemudian, pada tahun 1823 A Oldier (Perancis) mengisolasi suatu senyawa yang tidak larut dari suatu jenis serangga dan diberi nama “chitin”, Nama kitin berasal dari Bahasa Yunani “chiton” yang berarti mantel atau lapisan luar.

Kitin merupakan biopolymer dengan kelimpahan yang terbesar di bumi setelah selulosa. Secara struktur kitin sama seperti selulosa, hanya saja merupakan polisakarida amino yang memililki gugus asetamida pada karnon nomor 2. Adanya gugus amino ini memberikan karakteristik yang unik bagi kitin seperti fungsi biologi yang khas dan memungkinkan terjadinya reaksi-reaksi modifikasi. Kitin diperkirakan memiliki potensi yang lebih banyak dibandingkan selulosa. Sifat-sifat spesifik kitin antara lain dapat mengalami biodegradasi, biocompatible, dan memiliki bioaktifitas tertentu.

Kitosan sumber gambar generasi biologi

Sifat-sifat inilah yang membuat kitin menarik tidak hanya sebagai sumber yang berlimpah melainkan juga jenis material fungsional yang baru. Kitin diisolasi dari limbah udang melalui dua tahapan reaksi yaitu determinerasi dan deproteinisasi. Kitin yang diperoleh disentiseis menjadi kitosan dengan cara merubah gugus asetamida (-NHCOCH3) pada kitin menjadi gugus amina (-NH2) (Terbojevich dan Muzzarelli, 2000).

Reaksi penghilangan gugus asetil pada kitin disebut transformasi kitan menjadi kitosan. Transformasi kitin menjadi kitosan digunakan basa kuat konsentrasi tinggi (Bastaman 1989).

Kitosan merupakan senyawa poli aminosakarida yang dissintesis melalui penghilangan sebagian gugus 2-asetil dari kitin, biopolimer linear dengan 2000-5000 unit monomer, saling terikat dengan ikatan glukosidik.

Kitosan adalah senyawa yang berbentuk padatan amorf berwarna putih kekuningan, bersifat polielektrolit. Umumnya larut dalam asam organic, ph sekitar 4-6.5, tidak larut pada pH yang lebih rendah atau lebih tinggi.

Saat ini terdapat lebih dari 200 aplikasi dari kitin dan kitosan serta turunannya di industri makanan, pemrosesan makanan, bioteknologi, pertanian, farmasi kesehatan dan linkungan (Balley et al, 1927). Kitosan merupakan polisakarida rantai lurus yang tersusun oleh monomer glukosamin yang terhubung melalui ikatan β-glikosidi (Zulfikar, 2006). Senyawa kitin dan kitosan mudah terurai dan tidak mempunyai sifat racun serta ramah terhadap lingkungan (Sopiah dan Susanto, 2002).

Sumber kitin dan kitosan.

Kitin terdapat pada beragam species, mulai dari jamur hingga hewan tingkat rendah. Kerangka kulit arthropoda (ekssoskleton) merupakan sumber kitin yang paling mudah di jumpai. Kerangka atau kulit ini mengandung 20-50% kitin.

Apabila ditinjau dari sudut pandang praktis, kulit crustacean seperti kepiting dan udang yang merupakan limbah industri dari limbah makanan laut dapat dijadikan sebagai sumber untuk produksi komercial kitin. Sumber lain yang dapat digunakan dalam produksi kitin adalah rajungan, udang karang, kijing, tiram, ubur-ubur alga dan jamur. Cumi-cumi juga mengandung kitin, khususnya yang diklasifikasikan sebagai β-kitin.

Material ini berbeda berbeda dari α-kitin yang terdapat pada kulit crustacean ditinjau dari struktur kristalnya.

α-kitin diproduksi secara komercial dari kepiting dan udang yang mengandung kalsium karbonat dan protein sebagai komponen utamanya. α-kitin memiliki kelimpahan yang jauh lebih banyak. Kitin jenis ini terdapat pada dinding sel jamur yeast, tendon dan cangkang lobster dan kepiting, kulit udang dan pada kutikula serangga. α-kitin juga diproduksi oleh sejumlah organisme laut yang menghasilkan kitin adalah keong, sagitta, dan ganggang laut phaeocytis. α-kitin yang bersifat esoktik ini telah menarik perhatian untuk studi structural karena memiliki kristalinitas dan kemurnian yang tinggi (α-kitin sisintesis dengan adanya pigmen, protein dan kalsit).

Aplikasi Kitin dan Kitosan

Kitin merupakan bahan dasar untuk bahan-bahan kimia yang diperlukan secara luas diberbagai bidang seperti biokimia, obat-obatan, pangan, gizi, enzimologi, industri kertas, tekstil, film dan industri pengolahan limbah.

Kitin juga sebagai bahan pengawet dan antibiotik. Kitosan sebagai derivatif kitin dipakai dalam pengolahan limbah dan pengikatan logam.

Kitin dapat mengatifkan makrofag perinoteal in vivo, menekan pertumbuhan sel tumor pada tikus. dan berperan sebagai stimulan dalam pertahanan tubuh terhadap infeksi bakteri escheria coli. Kitin juga diketahui dapat mempercepat proses penyembuhan luka.

Kitin merupakan polimer yang dapat diaplikasikan pada berbagai bidang industri, seperti kromatografi, kertas, tekstil, makanan dan nutrisi, pertanian, farmasi dan sebagainya. Sebuah penelitian membuktikan bahwa senyawa ini tidak mengakibatkan alergi dan tidak beracun, jadi tubuh tidak akan menolak senyawa ini sebagai material asing yang membahayakan (Rasmussen and Morrissey 2008).

limbah industri dapt diurai dengan kitosan
Limbah Industri dapat diolah diurai dengan kitosan

Material yang berbahan dasar kitosan juga digunakan dalam pengolahan limbah industri. Kitin dapat diproses untuk membentuk film ataupun serat.” Serat kitin dapat membentuk polyblend dengan selulosa atau sutera, regenerasi serat turunan kitin digunakan sebagai bahan pengikat dalam proses pembuatan kertas sehingga dihasilkan kertas dengan kekuatan tarik yang lebih baik.

Disamping pemanfaatan kitin dalam bidang-bidang tersebut diatas, aplikasi film dan serat kitin terutama dalam bidang medis dan farmasi, yaitu sebagai pembungkus luka, dan mengontrol waktu penguraian obat. Kitin juga digunakan sebagi pengantar obat, material pengisi tulang berupa komposit hidrosiapatit- kitin kitosan yang membentuk perkata dalam pengobatan kerusakan tulang.

Kitosan memiliki sifat anti mikroba, karena dapat menghambat bakteri pathogen dan mikroorganisme pembusuk, termasuk jamur, bakteri gram positif, bakteri gram negatif. Kitosan digunakan sebagi pelapis (film) pada berbagai bahan pangan, tujuannya adalah menghalangi oksigen masuk dengan baik, sehingga dapat digunakan sebagai kemasan berbagai bahan pangan dan juga dapat dimakan langsung, karena kitosan tidak berbahaya terhadap kesehatan (Agusnar 2007).

Bagaimana kitin dan kitosan jika sudah menjadi ukuran nano?.

Dengan rekayasa riset dan development untuk kitin dan kitosan dapat dijadikan menjadi nano kitosan yang akan menjadi sumber baru untuk industri sebagai pengolahan limbah air, karena limbah tersebut banyak mengandung logam dan fungsi terapan lainnya terhadap nano kitosan.

Nano kitosan juga dapat menjadi supplement kesehatan dan kecantikan.

“Nano kitosan dapat menjadi sumber penyembuhan luka. dan banyak lagi yang bisa diaplikasikannya.”

NANOTECHNOLOGY hadir untuk Indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

EnglishIndonesia